Agen Betting 338A - Polemik “bola hantu” di laga Milan vs Juventus terus bergulir
melewati batas lapangan. Perdebatan utama adalah soal gol Sulley Ali
Muntari yang tidak disahkan wasit Paolo Tagliavento dan hakim garis
Romagnoli.
Kasus ini kini disebut dengan istilah popular “bola hantu” merujuk
frasa yang dipopulerkan oleh Jose Mourinho mengomentari gol
kontroversial Luis Garcia di laga semifinal Liga Champions musim
2004/2005 antara Liverpool vs Chelsea.
Kontroversi bola hantu kini tidak hanya sebatas perdebatan, tapi
berkembang jadi sebuah perang. Para pendukung Milan dan Juventus saling
hujat di jejeraing sosial. Sedangkan para petinggi klub mulai
melontarkan kata tidak simpatik pada sang lawan. Seperti yang dilangsirkan Agen Betting 338A
Andriano Galliani kepada La Gazzetta Dello Sport mengatakan,
persahabatan Milan dan Juventus berakhir. Kini badai peperangan jadi
respon atas episode kontroversial laga yang berkesudahan 1-1.
Kubu Juventus tidak tinggal diam. Mereka menilai timnya pun dirugikan
dengan tidak disahkannya gol Alessandro Matri. Pelatih Juventus,
Antonio Conte memandang tidak disahkannya gol Muntari dan Matri memiliki
sisi kerugian pada masing-masing tim.
Conte membantah keras anggapan legenda Milan Zvonimir Boban yang
menyatakan dianulirnya gol Muntari jauh lebih esensial dibanding gol
Matri. Conte dan Boban pun terlibat dalam perdebatan panas di stasiun
tv, Sky Sports Italia. Walhasil perdebatan Conte-Boban pun melebar dari
hanya di layar kaca hingga ke dunia nyata yang melibatkan jutaan
pendukung kedua tim.
Untuk mengurai benang kusut bola hantu dan kontroversi laga Milan vs
Juventus, detail peristiwa pertandingan bisa jadi awal uraian. Sebelum
episode bola hantu Muntari, kubu Milan memang tengah di atas angin.
Sebuah gol yang dicetak Antonio Nocerino di menit 14 membuat Milan
percaya diri. Sebaliknya, pertahanan Juventus terus jadi bulan-bulanan
Rosoneri yang unggul mutlak dalam hal penguasaan bola.
Bola hantu Muntari sendiri diawali oleh sebuah serangan balik Milan.
Serangan itu sendiri terjadi saat seorang pemain Milan, Thiago Silva
sedang terkapar di lapangan. Bola tidak dibuang keluar lapangan oleh
pemain Milan. Sebaliknya, serangan terus dilancarkan Milan dengan hanya
mengandalkan 10 orang pemain.
Bola pun dihalau oleh Andrea Barzagli yang akhirnya menghasilkan
sepakan pojok untuk Milan. Sepak pojok inilah yang jadi awal kontroversi
besar di laga Milan vs Juventus. Berawal dari sepak pojok, bola
berhasil ditendang masuk Muntari ke dalam gawang Juventus— walau
kemudian dihalau Buffon.
Namun ironisnya, hakim garis tidak bergeming. Padahal posisi pandang Romagnoli dalam jarak dan kondisi yang sempurna.
Pertanyaan besar pun muncul. Mengapa saat seluruh isi stadion,
pemirsa televisi, hingga pemain bisa melihat dengan jelas gol Muntari,
tetapi hanya Romagnoli yang tidak melihatnya sebagai sebuah gol bagi
Milan?
Sebagian publik pun langsung memandang persitiwa ini dengan sinis.
Mereka menuding telah terjadi skandal calicopoli jilid III yang kembali
menyeret Juventus dengan korps wasit. Panadangan yang agaknya lebih
didorong emosi ketimbang realita di lapangan.
Stasiun Tv Sky Sports pun mendapat sebuah tayangan proses terjadinya
gol dari posisi pandang hakim garis. Dari tayangan di sisi Romagnoli
itu, memang sangat sulit untuk mengidentifikasi apakah sepakan Muntari
telah melewati garis gawang atau tidak. Kejadian ini pun berlangsung
dalam hitungan detik.
Dengan masa jenis bola yang hanya 410 gram ditambah bobot sepakan
Muntari yang mencapai puluhan kilogram, praktis kecepatan bola sulit
dijangkau oleh dua pasang mata manusia yang sejajar di tiang dekat
gawang Buffon. Hal ini berbeda dengan pengelihatan di zona lain Stadion
San Siro dan televisi yang menyorot dari sisi tiang jauh gawang.
Sebagai agumentasi sulitnya hakim garis dalam mengamati peistiwa
Muntari, mari tengok rekaman laga Manchester United vs Tottenham Hotspur
pada 4 Januari 2005. Saat itu bola sepakan gelandang Tottenham, Pedro
Mendes telah menerjang masuk ke jala MU. Namun hakim garis di posisi
tiang dekat, sulit mendapatkan posisi pandang yang baik. Gol Mendes
itupun diabaikan hakim garis walau terjadi di menit 90 pertandingan!
Selepas momen Muntari di laga Milan vs Juve, kejadian kontroversi
lain terus berlangsung. Diawali aksi pemukulan Philipe Mexes terhadap
Marco Borriello, sikutan Pirlo kepada Mark Van Bommel, hingga pemukulan
Muntari kepada Stephan Lichtsteiner, semua luput dari pandangan sang
pengadil.
Di sisi lain, Romagnoli kembali membuat keputusan kontroversial
dengan menganulir gol sah Matri. Terkait hal ini legenda Milan, Boban
menyatakan momen dianulirnya Matri berada dalam sudut pandang yang
sulit.
Sebaliknya gol Muntari dalam sudut pandang yang jelas. Hal yang
diamnini oleh sejumlah jurnalis pro-Milan di antaranya Susy Campanale
dan Carlo Pellegatti.
Sah-sah saja memang pandangan itu mengingat para komentator tersebut
menyaksikan sendiri tayangan langsung di televise dengan 20 angle kamera
berbeda. Momen Muntari pun berulang kali disajikan ulang lewat tayangan
lambat. Mudah bagi Boban cs tapi belum tentu untuk hakim garis.
Pun halnya seperti laju seorang Matri yang berlari cepat dengan bobot
badannya mencapai 83 kilogram. Kedua momen itu tentunya bisa luput
degan pandangan telanjang seorang manusia, tapi mustahil meleset dari
kacamata seorang komentator.
Pada akhirnya pula,boleh saja ada pihak yang menganggap bila gol
Muntari disahkan pertandingan akan berbeda. Namun bukan berarti sepak
bola bisa diartikan secara pasti ibarat sebuah rumus fisika. Mau bukti,
tengok saja partai Final Liga Champions musim 2004/2005 antara AC Milan
vs Liverpool.
Yang jelas kejadian, kejadian “bola hantu Muntari” sangat mungkin
akan terus terulang di masa mendatang jika sepak bola tetap mengandalkan
sepasang mata manusia. Kini semua terpulang pada penikmat sepak bola
sendiri, apakah tetap rela menyaksikan drama kontroversi di lapangan
hijau, atau menyamakan sepak bola dengan olahraga tenis, Football
Amerika, dan bola basket yang mulai menggunakan teknologi sebagai
penegak keadilan di lapangan
Namun mengutip perkataan seorang legenda sepak bola, Diego Armando
Maradona; “Sepak bola besar bukan hanya karena kehebatan, tapi juga sisi
kesalahan!”
Post By : Agen Betting 338A
No comments:
Post a Comment